Kamis, 21 Mei 2009

Jerita Rakyat terpinggir

Slogan dari Rakyat, oleh Rakyat, untuk Rakyat

Seolah menunjukkan tingkat kenarsisan, atau rasa percaya diri yang teramat sangat di pihak rakyat. Atau sebuah wujud yang mencuat ke permukaan sebagai buah dari kesadaran cipta dan cita yang kuat mengakar. Menghunjam di setiap ubun-ubun rakyat. Tidak bisa tidak! Harus dan menjadi kewajiban yang dijunjung rakyat.

Dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat rangkaian kata yang tidak asing lagi bagi pendengaran dan penglihatan bangsa Indonesia. Perwujudan luhur dari cita-cita hidup berbangsa dan bernegara. Sungguh, ini tidak main-main!. Konsep hidup yang mengedepankan kebersamaan, ia tidak dapat berdiri sendiri-sendiri. Atau, ada ketergantungan satu dan lainnya. Dan kesantunan pun juga kearifan yang menjadi pola dasar pijakannya.

Dari, oleh, dan untuk rakyat merupakan ilmu dasar yang diperkenalkan semenjak dari usia sekolah dasar. Sebuah usaha untuk membentuk karakter diri bangsa, atau jatidiri. Dan menjadi satu titik kesadaran yang menempati ruang memori di setiap warga bangsa ini.

Dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat! Namun, di perjalanannya sangat sulit memetakan yang bernama rakyat. Siapa sesungguhnya yang layak dan patut menyandang sebutan rakyat. Tentu saja bukan mereka para politikus? karena, politikuslah yang berjuang membela kepentingan rakyat. jadi ia bukan rakyat yang sebenarnya. Karena, beliau-beliaulah yang menjadikan terkabulnya cita-cita rakyat. Kemudian apakah yang disebut sebagai rakyat adalah mereka yang tidak masuk dalam daftar hiruk pikuk politik.

Pemerintah atau wakil rakyat yang merakyat? Rakyat yang menjadi wakil rakyat di dalam pemerintahan yang menjamin ketenteraman rakyat? Rakyat yang hidup dan menjadi bagian dari bumi nusantara ini? Ia tidak dan bukan menjadi bahagian dari elit politik dan parlemen? Siapakah rakyat yang menjadi bagian dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat? Yang berada di bagian manakah yang disebut sebagai pelaku. Dan di sebelah wilayah mana, yang dikatakan sebagai rakyat yang memperoleh hasil. Pembangunan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat?.

Bagaimanapun juga tidak dapat untuk kita ingkari, bahwa semaraknya cita-cita untuk memperjuangkan rakyat, menjamin keamanan pangannya, terus dan tidak akan pernah untuk berhenti bergulir. Dan menjadi ikon perjuangan para elit politik. Apalagi menjelang hajatan politik. Sebuah pesta demokrasi dengan pembiayaan yang tidak sedikit.

Pemetaan mengenai rakyat mungkin sedikit terkuak dengan adanya hajatan politik. Pemilihan kepala daerah, pemilihan anggota legislatif, hingga pemilihan pemimpin negeri ini. Jadi, warga yang mempunyai hak memilih kita sebut sebagai pelaku (baca: oleh). Sedang kan pemerintah merupakan penyelenggara dan kita sebut sebagai tempat asal atas terselenggara pesta demokrasi (baca: dari). Mereka orang-orang politik kita tempatkan sebagai objek atau yang menerima (baca:untuk).

Oleh karena itu pelaku demokrasi, atau masyarakat yang mempunyai kuantitas terbesarlah yang menentukan pilihan. Sedangkan pemberi fasilitas atau pemerintah sekedar memberi dukungan untuk suksesnya perjalanan demokrasi. Dan beliau-beliau yang duduk di kursi dewan yang menjadi penikmat atas fasilitas-fasilitas tersebut. Sehingga menjadi wajar kalau anda (baca: sebagai rakyat pemilih) tidak mendapatkan fasilitas apapun. Karena, anda hanyalah pelaku demokrasi.

Dan anda jangan menjadi berkecil hati, sebab sesungguhnya andalah yang aktif menggerakkan roda demokrasi di Nusantara ini. Lantas, kuburlah sedalam-dalamnya terhadap harapan anda untuk menjadi kaya. Bagi anda, rakyat pelaku demokrasi, terpenuhi kebutuhan hidup sehari-hari saja sudah lebih dari cukup. Karena, tingkatan anda hanya sampai di batas tersebut. Selebihnya, harta yang berwujud investasi, tabungan, surat berharga, dan harta tidak bergerak lainnya buanglah jauh-jauh dari pikiran anda. Sebab, itu tidak berada di wilayah anda.

Sehingga anda tidak akan pernah berhenti untuk terus bekerja keras dan lebih keras lagi. Karena andalah yang di sebut sebagai para pekerja, para pejuang, dan para-para lainnya, sebab anda tidak mudah untuk berputus-asa. Kalau pun anda menggugat salah satu dari butir-butir kitab undang-undang bernegara negeri Nusantara ini, akan menjadi mandul. Butir yang mengatur tentang peruntukkan kekayaan alam dilindungi Negara untuk kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Karena, sekali lagi anda bukanlah rakyat penikmat. Jadi, terus, lantas, bagaimana? Dan itu akan terus berlangsung!

Berganti ataupun tidak bergantinya periode-periode pemerintahan, posisi anda tetap dan tidak akan mengalami perubahan. Namun, kita sudah terlanjur nikmat untuk menikmati dan menghayati ‘dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat’, sehingga susah bagi kita untuk tidak terjerumus lagi, lalu terperosok lagi dan kemudian, terjerembab lagi. Begitu kuatnya kita memiliki ketahanan mental sehingga tidak menjadi rapuh oleh tekanan-tekanan yang memaksa kita untuk menyerah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar