Kamis, 25 Juni 2009

KP bermasalah Siapa yang bertanggungjawab ..?

Daerah

Paska Ledakan Tambang di Sawahlunto
Oleh : Tumpak Abdurrahman S

19-Jun-2009, 15:07:27 WIB - [www.kabarindonesia.com]

KabarIndonesia - Menyusul ledakan gas metan di kawasan pertambangan batu bara Galau Cigak di perbatasan Kota Sawahlunto dengan Kabupaten Sijunjuyawa penambang, pihak Pemko Sawahlunto segara mengambil tindakan preventif dengan menutup 13 tambang lainnya.

"Ini untuk sementara menjelang dilaksanakan penelitian terhadap kelayakan melanjutkan proses penambangan di lokasi mereka masing-masing," ujar Walikota Sawahlunto Amran Nur kepada pers Rabu (17/6) di Sawahlunto.

Penelitian akan dilakukan dalam sepekan ini oleh Dinas Pertambangan dan instansi teknis lainnya.

Sementara menyangkut jatuhnya korban apakah ini ada indikasi kelalaian pemegang KP atau pelaksananya, Amran Nur mengatakan kini polisi sedang menyelidikinya. Ini dibenarkan oleh Kapolresta Sawahlunto, Ano Munarto.

Menurut Emeldi dari PT Dasrat, pihaknya ikut bertanggungjawab atas kejadian in. Tapi ia menambahkan bahwa dalam perjanjian dengan pelaksana CV Perdana, semua resiko penambangan ada pada CV Perdana. PT Dasrat hanya pemilik KP dan pembeli hasil tambang.

"Kedua pihak membuat perjanjian pada tahun silam," kata Emeldi. Sayangnya perjanjian itu hanya dilakukan antar kedua perusahaan saja tanpa diketahui Dinas Pertambangan Sawahlunto

Masih ada tujuh orang korban yang masih dirawat di RSUD Kota Sawahlunto. Mereka masih merasakan pusing sambil menahan rasa sakit yang akibat terkena ledakan gas metan.

Mereka yang dirawat umumnya saat kejadian berlangsung berada di luar lubang tambang yang meledak tersebut.

Erna, 43, pemilik warung ini mengalami luka di tangan dan di punggungnya. Warungnya berada 100 meter dari lubang tambang yang naas tersebut. "Sebelum kejadian saya duduk-duduk di warung saya, tiba-tiba saya mendengar suara ledakan, dan entah bagaimana caranya saya sudah terpelanting saja. Tangan dan punggung saya luka karena adanya pecahan batu mengenai saya,"ujarnya.

Senada dengan Erna, Eko, 26, saat kejadian juga berada di luar tambang. Dia mengalami luka di kaki serta kepalanya robek karena pecahan batu. Eko menambahkan dia baru tiga bulan bekerja di penambangan tersebut.

Selain itu Wendri, 30, mengalami luka di kening dan dia harus rela kehilangan satu buah gigi serinya yang patah akibat ledakan tersebut.

Kepala Bidang Pelayanan RSUD Kota Sawahlunto, dr. Herlin Sridiani mengatakan, Kamis (18/6) mengatakan saat ini masih dirawat tujuh orang korban yang mengalami luka-luka. Di antaranya Anhar , 33, Eko, 26, Erna Bakar, 43, Upri W.S, 34, Edi, 47, Agung Gusmeri, 26, dan Wendri, 26.

"Awalnya disini dirawat 13 orang, sudah diperbolehkan pulang 3 orang, dan dirujuk ke RSUD Dr. M. Djamil 3 orang, sehingga yang masih dirawat sampai saat ini ada 7 orang lagi," tukasnya.

Korban yang dirujuk ke RSUD Dr. M. Djamil adalah korban yang mengalami luka bakar yang cukup parah yaitu Nopriadi, 19, Rizon, 28, dan Syaiful, 19. (*)

Blog: http://www.pewarta-kabarindonesia.blogspot.com
Alamat ratron (surat elektronik): redaksi@kabarindonesia.com
Berita besar hari ini...!!! Kunjungi segera:
http://www.kabarindonesia.com/

Senin, 08 Juni 2009

awal juni

Pancasila kita...

Apakah yang terlintas dalam pikiran kita ketika mendengar kata Pancasila? Apakah sekedar 5 poin yang selalu dibacakan ketika kita SD..? Atau jangan-jangan masih ada diantara kita yang belum hafal juga kelima poin itu..? tetapi kecil kemungkinan itu terjadi karena kita pasti akan ditertawakan oleh teman-teman kalau belum dapat menghafalnya.

Pancasila adalah dasar negara kita. Dengan berpedoman kepadanya kehidupan berbangsa dan bernegara ini dijalankan. Sebagai suatu dasar negara, Pancasila dibuat dengan sangat hati-hati karena harus mampu mewakili semua aspek kehidupan, dia harus memiliki turunan makna yang jelas yang mampu hadir sebagai “mutiara tausyiah” di dalam kehidupan real di masyarakat.

Untungnya Pancasila telah mampu mengeksistensikan dirinya sebagai dasar negara yang sampai saai ini tidak pernah dirubah. Namun, dengan semakin berkembangnya kehidupan bermasyarakat, dengan semakin menjamurnya berbagai paham dan aliran, membuat semakin kompleksnya hubungan diantara manusia.

Demokrasi yang hadir sebagai alat kebebasan membuat orang semakin kreatif dalam membuat hal-hal yang baru. Masih segar dalan ikatan kita berbagai macam aliran agama yang hadir di tengah-tengah masyarakat seperti Lia Eden, Ahmadiyah, dan aliran keagamaan lainnya.

Dimana-mana banyak terjadi kasus-kasus kejahatan kemanusiaan, seperti pembunuhan, pemerkosaan, penjarahan, penculikan, penganiayaan terhadap manusia yang terkadang sangat kejam dan tidak manusiawi. Harga nyawa sudah seperti harga sebuah permen, yang murah sehingga dapat dibayar cash.

Dalam bidang politik, diwakili dengan membludaknya partai peserta pemilu di tahun 2009 ini. Cita-cita sila ke-4 sebagai perwujudan sebuah pemerintahan yang dipimpin secara hikmat dan kebijaksanaan nampaknya masih jauh dari harapan.

Kita bisa melihat sendiri sejauh mana musyawarah dapat menjadi pemersatu bagi terbentuknya suatu hasil yang disepakati bersama, dapat diterima secara ikhlas dan semua orang mengakui dan mau menjalankannya. Jika kita diminta menilai, apakah sistem pemerintahan yang ada sekarang telah mewakili cita-cita dari sila ke-4? silahkan jawab sendiri.

Malangnya berbagai hal baru yang dibuat oleh manusia, sebagai hasil dari kreatifitas manusia, sebagai bukti adanya kebebasan, sebagai pemikiran bahwa sistem yang dulu tidak laku lagi, ternyata malah membuat pertentangan, kerusuhan dan perpecahana diantara kita. Sungguh ironi memang! Persatuan bangsa ini benar-benar telah dipertaruhkan. Jiwa gotong-royong, saling bahu membahu diantara sesama sekarang tingal kenangan.

Semakin hari manusia semakin egois, individualistik, berprinsip “Emang gue pikirin”, bersyair “ Urusan, urusan gue, elu jangan ikut campur !!!!”, bernyanyi“ Andaikan saja dunia ini manjadi milik Saya !” dan bersikap “ Awas loe, macam-macam gue sikat !!!”.

Belum lagi maraknya kasus-kasus ketidakadilan di negeri ini. Hukum telah dipermainkan oleh pihak yang memiliki uang. Orang yang mencuri sandal bahkan mendapat hukuman yang lebih berat dibandingkan orang yang korupsi. Pendidikan yang seharusnya menjadi hak setiap warga negara menjadi tidak terlaksana sepenuhnya.

Yang bisa sekolah adalah yang punya uang. Dengan alasan pendidikan yang semakin maju, berkembang dan canggih, biaya pun menjadi semakin mahal. Tidak semua orang dapat menikmati indahnya bersekolah. Dimana keadilan di negeri ini..?

Coba kita merenung sejenak, berusaha untuk memaknai semua poin yang tercantum dalam Pancasila. Tidakkah kita terharu dan bangga dengan dasar negara kita ini..? Adakah yang kurang..? Adakah yang salah..? Adakah yang tidak sesuai dan bertentangan dengan kehidupan bermasyarakat..?

Ternyata tidak ada. Semua poin mengajarkan kebaikan, norma-norma yang mulia, yang sangat sesuai jika diterapkan karena mendatangkan kedamaian, ketentraman, dan persatuan. Pancasila mengajarkan kepada kita kunci sukses dalam berkehidupan yang tenteram, dan langgeng.

Pancasila telah mampu menyeimbangkan antara dunia dan akhirat, yaitu dengan mangajarkan untuk berketuhanan dan juga menjaga hubungan yang baik diantara manusia. Pancasila juga sangat sesuai dengan budaya kita, yaitu budaya ketimuran.

Para founding fathers kita memang benar-benar cerdas dalam merumuskan pancasila ini terlepas dari adanya perbedaan pendapat dalam memaknai filosifinya. Namun secara normatik, nilai-nilai pancasila adalah nilai-nilai yang berbudi dan luhur.

Oleh karena itu, dengan melihat realita yang ada apakah memang perlu jika pancasila diganti saja? Diubah dengan nilai-nilai yang baru..? Apakah itu yang kita harapkan..? Tidak perlu ada lagi gotong-royong, tidak perlu ada lagi persatuan, biarkan saja ketidakadilan merajelala dimana-mana. Kasus-kasus kemanusiaan tidak perlu diambil pusing, dan biarkan menjadi beban bagi yang mengalaminya saja.

Tidak perlu ada lagi musyawarah, yang penting siapa yang berkuasa, memiliki kekuatan, dialah yang akan memimpin rakyat, apakah kata-kata “hikmah dan kebijaksanaan” telah benar-benar “kuno”..?.

Peranan Pancasila sebagai dasar negara dengan segala nilai-nilainya yang luhur sudah seharusnya dijadikan reerensi untuk memaknai setiap sistem dan nilai yang berlaku di masyarakat saat ini, baik norma yang baru muncul maupun yang akan muncul kemudian sebagai konsekuensi dari perkembangan pemikiran manusia dan kehidupan masyarakat yang sangat kompleks.

Jika kita masih percaya bahwa nilai-nilai Pancasila masih sangat relevan dengan kehidupan kita, masih sesuai sebagai dasar negara dengan nilai-nilai yang dibawanya maka sudah sepantasnya sebagai warga negara yang baik kita kembali menjunjung tinggi dasar negara kita ini.

Mari kita mencoba untuk merefleksikannya kembali, dan berusaha untuk menerapkan nilai-nilainya sesuai dengan kehidupan kekinian dan kedisinian sehingga nilai itu tidak menjadi hilang namun dapat selalu menjadi pedoman bagi kita dalam menjalani kehidupan bermasyarakat demi terciptanya Indonesia yang lebih baik dan bermartabat tentunya.